Minggu, 12 Januari 2014

Ilmu Sosial Dasar (Tulisan 6)

Situ Patenggang

Perjalanan saya kali ini adalah ke sebuah objek wisata yang masih di daerah Bandung. Luar biasa sekali Bandung ini, berkali-kali saya pergi ke Bandung tidak ada bosannya. Pemandangannya memang luar biasa cantik dan membuat kita betah untuk berlama-lama dan selalu ingin kembali kesana. Keindahannya selalu dirindukan.

Saya pergi ke Situ Patenggang bersama keluarga tercinta. Perjalanan kami dimulai sejak pagi hari. Perjalanan cukup jauh dan melelahkan. Kami langsung menuju objek wisata Situ Patenggang. Kami sampai disana sekitar pukul 13.00. ketika saya tiba di depan danau saya selalu dikejutkan dengan pemandangan yang sangat sangat menakjubkan. Lalu kami berpiknik menggelar tikar di bawah pohon. Kami menyantap makan siang yang sudah kami bawa. Makan siang sambil menikmati indahnya pemandangan danau yang luas dan semilir angin yang sejuk tetapi membuat merinding kedingingan.

Setelah makan siang bapak saya mengajak saya untuk menaiki perahu untuk mengelilingi danau. Awalnya saya ragu dan takut, tetapi akhirnya tertarik juga. Menaiki kapal sangat menyeramkan saya takut tenggelam. Akhirnya perahu melaju dengan perlahan. Luas sekali danau ini. Kami diantar ke sebuah pulau dimana tempat tersebut merupakan letaknya sebuah batu yang bersejarah yang dinamakan “Batu Cinta”. Tapi kami tidak singgah di sana dan hanya melihatnya dari perahu karena bapak saya meminta untuk langsung putar balik untuk pulang. Dikarenakan hari sudah mulai gelap dan kabut sudah mulai turun. Saya sedikit takut karena kabut sudah mulai turun diikuti dengan hujan yang cukup lebat. Tetapi kami masih ditengah danau.

Saya sangat kedinginan sampai menggigil. Cukup lama kedinginan akhirnya sampai juga kedaratan. Kami langsung berlari menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil. Baju saya basah. Lalu kami pergi meninggalkan Situ Patenggang menuju penginapan. Penginapan kami terletak tepat di tengah perkebunan teh, indaaaaahhh sekali dan sangat dingin. Di penginapan tersebut juga dilengkapi kolam renang dengan air hangat yang langsung dari sumber mata air hangat. Air di kamar mandinya pun menggunakan air hangat yang langsung dari gunung tanpa menggunakan mesin.

Malamnya kami pun menyalakan api unggun untuk menghangatkan diri dan membakar jagung. Suhu dimalam hari semakin dingin sampai napas saya mengeluarkan uap karena sangat dinginnya. Namun sayang karena saya tidak kuat dingin pada akhirnya saya terus-terusan bersin.

Keesokan harinya pada pagi hari saya berjalan-jalan sambil berolahraga bersama ibu saya mengelilingi perkebunan teh. Subhanallah beruntung sekali saya bisa menikmati semua ini dan saya sangat bersyukur luar biasa. Indah sekali dan sangat dingin. Lalu kami menyempatkan diri untuk berfoto-foto.

Setelah puas berjalan-jalan lalu kami pergi menggunakan mobil untuk berkeliling membeli duren. Nikmat sekali membeli duren di pinggir jalan langsung makan disana. Maniiiiiiss sekali rasanya. Haahh saya sangat puas dengan semua ini.

Lalu kami kembali ke penginapan. Rasanya tidak lengkap jika tidak mencoba kolam renang air hangat. Ternyata adik saya meminta untuk ditemani berenang. Ternyata menyenangkan sekali bermai air dan berenang bersama-sama. Lalu saya meminta adik saya untuk mengajari saya berenang. Maklum adik saya ikut les berenang  jadi kemampuannya dalam berenang melebihi saya. Lelah berenang akhirnya saya menyudahinya dan segera mandi.

Setelah rapih kami segera bergegas untuk check out dari penginapan dan kembali pulang ke Bekasi. Pengalaman ini sangat tak terlupakan dan saya berharap lain kali bisa berpergian dengan mengajak seseorang yang saya cintai hehehe..

Berikut adalah foto-foto yang saya ambil di sana



 

 

Sabtu, 11 Januari 2014

Ilmu Sosial Dasar (Tulisan 5)

Tangkuban Parahu

Objek wisata yang kami kunjungi kali ini masi di sekitar daerah Bandung. Tepatnya di Tangkuban Parahu. Kami sekeluarga memang sangat senang berwisata. Kami berwisata tentunya menunggu kami semua sudah libur dari aktifitas kami sehari-hari.
 
Pada hari itu sebelum ke Tangkuban Parahu, hari sebelumnya pada saat mau berangkat kami memilih untuk berangkat di siang hari. Lalu kami tiba di Lembang untuk mencari sebuah penginapan. Tapi sulit sekali kami mencari tempat untuk menginap semalam. Akhirnya kami mendapatkan tempat penginapan. Tempat menginap kami dekat dengan Observatorium Bosscha. Pada saat malam hari tepatnya pukul 23.00 bapak saya mengajak kami untuk berjalan-jalan malam dengan berjalan kaki.


Kami melihat-lihat penginapan sekitar. Lalu kami pergi kesuatu penginapan yang letaknya di seberang  jalan. Penginapan tersebut masuk ke sebuah gang. Gang tersebut sangat gelap dan ditumbuhi pohon-pohon yang sangat tinggi. Suhu semakin dingin disana pada saat malam hari. Kami berempat jalan bersama. Ibu dan bapak saya berjalan di depan duluan, lalu saya dan adik saya berjalan mengikuti dibelakang sembari kami berdua bercanda.  Tiba-tiba dari sebuah semak-semak dari samping kiri saya ada yang tertawa. Bukan saya saya saja yang mendengar tetapi adik saya juga.
Lalu kami ketakutan dan lari mengajar orang tua kami. Kami menceritakan apa yang kami dengar tetapi mereka tidak percaya. Setelah puas berjalan-jalan malam, lalu bapak kami membelikan kami jagung bakar. Indah dan saya sangat senang sekali. Setelah kenyang lalu kami pulang ke penginapan dan istirahat. 

Keesokan harinya, pagi hari kami sudah rapih dan bersiap pergi menuju tangkuban parahu. Saya senang sekali. Peralanan menuju kesana juga indah berliku-liku. Ditengah perjalanan hutan menuju Tangkuban Parahu kami sudah bisa mencium bau belerang yang cukup menyengat hidung. 

Tidak lama, akhirnya kami sampai juga di sana. Indah sekali pemandangannya. Sejarah mengatakan bahwa gunung ini dulunya adalah sebuah kapal besar yang terbalik bertahun-tahun lalu menjadi gunung. Cerita yang sangat menarik dan unik. Begitu banyak cerita mitos dan legenda di tempat ini.
Sangat indah tetapi jika terlalu lama di pandang juga menjadi menyeramkan. Lalu kami melanjutkan perjalanan kami ke Kawah Domas. Menuju kesana kita harus berjalan kaki. Menyenangkan sekali berjalan kaki di tengah hutan. Cukup jauh menurut saya yang tidak biasa melakukan hal ini.

Sampai juga di Kawah Domas, banyak orang-orang sedang berendam di airnya, ada juga yang menggunakan lumpurnya sebagai lulur. Merek bilang dapat menghaluskan kulit. Saya pun ikut-ikutan. Lalu bapak saya membeli telur ayam mentah dan merebusnya di sumber air  panas menyenangkan sekali sayu pun kembali ikut-ikutan. Ternyata telurnya matang. Setelah telurnya matang kami lalu menyantapnya bersama-sama.

Itulah cerita saya di Tangkuban Parahu saya sangat senang dan bersyukur bisa pergi kesana bersama keluarga tercinta. Saya juga mengambil beberapa foto disana, berikut adalah foto-foto tersebut.